PEREMPUAN
by Dewi Linggasari, Agats - Asmat, March 21, 2011
siapakah yang terisak di tingkap malam
kala temaram surya berpulang memapas kelam,
cinta berkeping bagai pecahan kaca --terlerai--
membenam di belahan dada,
pada siapa mesti percaya?
senyum manis ternyata basa basi babak sandiwara
--janji cuma kalimat tanpa koma
yang berakhir di titik dusta :
selebihnya, tanda tanya,
pada siapa mesti bersandar kecuali si-aku,
empu yang tak dapat mengharap sesiapa bagi keyakinan itu....
kala temaram surya berpulang memapas kelam,
cinta berkeping bagai pecahan kaca --terlerai--
membenam di belahan dada,
pada siapa mesti percaya?
senyum manis ternyata basa basi babak sandiwara
--janji cuma kalimat tanpa koma
yang berakhir di titik dusta :
selebihnya, tanda tanya,
pada siapa mesti bersandar kecuali si-aku,
empu yang tak dapat mengharap sesiapa bagi keyakinan itu....
Itu sebabnya aku tak mau liwat depan beranda rumahmu
selalu saja ada yang salah
denyut jantung yang berantakan
tak seirama dengan langkah kaki
yang tiba-tiba lupa materi peraturan baris berbaris
yang baru diajarkan intsruktur ketika diklat minggu lalu
sementara dadaku megap diguyur hujan yang entah berasal dari mana
padahal seingatku
jarak terik tak lebih sejengkal dari ubun ubun
entah aku yang tak bisa membaca cuaca
entah langit yang tak mau mengerti rusuh
memaksaku mendekap sunyi
bibir membiru
lupa mengujar sapa--sekedar basabasi
selalu saja,
tiap kali bersitatap dengan matamu
aku kerap tersesat
:lupa jalan pulang
(kelak bila aku telah tahu meredam kikuk,aku pasti mengunjungimu)
selalu saja ada yang salah
denyut jantung yang berantakan
tak seirama dengan langkah kaki
yang tiba-tiba lupa materi peraturan baris berbaris
yang baru diajarkan intsruktur ketika diklat minggu lalu
sementara dadaku megap diguyur hujan yang entah berasal dari mana
padahal seingatku
jarak terik tak lebih sejengkal dari ubun ubun
entah aku yang tak bisa membaca cuaca
entah langit yang tak mau mengerti rusuh
memaksaku mendekap sunyi
bibir membiru
lupa mengujar sapa--sekedar basabasi
selalu saja,
tiap kali bersitatap dengan matamu
aku kerap tersesat
:lupa jalan pulang
(kelak bila aku telah tahu meredam kikuk,aku pasti mengunjungimu)
Di Tepian Telaga aku merindu Hati
Sehangat bulan yg tersenyum di malam hari
aku menatap wajahmu
Di remang hari tepian telaga telahpun sunyi sepi
Namun bisikkan sanubari memenuhi mimpi
Kau membias pilu di pematang hati
Doa kan ku selipkan di malam malam tiada rindu
Esok bila sampai waktuku
Biarkan aku memelukmu erat
Sangat erat
Haru.. Tak ingin melepaskan..
No comments:
Post a Comment