PINJAM UANG KE BANK
Ketika selesai menjual getah Tumpak berbicara tentang rencana membangun warung menjadi kios permanen disamping kiri rumah Tumpak di kampung. Mata mamanya memperhatikan dari jauh gerak gerik putrinya.
"Berapa sekarang rata rata omzet kios per hari ?"
"Masih kecil Lian, sekitar Rp 1 juta lah"
"Untung 10% ,bisa Rp 3 juta sebulan untungnya, lumayan"
"Saya kenal distributor di Medan bisa drop barang, nambah jenis barang"
"Pembayarannya bisa kosinyasi kan"
"Bagimana pembagian keuntutngan ?"
"Seperti biasalah Tumpak 60 : 40, setuju ?"
"Pelit sekali kau Lian dasar..., gimana kalau 80 : 20 ?"
"Ya sudah ditengah tengahlah 70 :30"
"Tengah tengahnya itu 75 : 25"
"Ok, Ok, 75 : 25", sambil salaman dan senyum senyum. Mata mamanya melotot dari jauh, seperti bertanya tanya arti senyum dan salaman itu
"Lian bikinkan Surat perjanjiannya ya, jika aku ada uang hutang Rp 25 juta, kulunasi hutang,, perjanjian kita stop, putus"
"Papa, ma, sudah sepakat pembagian 75 : 25%"
"Bagus bagus", kata papanya ikut senyum.
"Papa pinjam sopir ya, kami mau lihat dulu kios Tumpak di kampung"
"Pak, kiosnya dibuat satu lantai atau ruko ?"
"Satu lantai saja, kalau sudah ramai bikin 2 lantai bisa", kata Tumpak diyakan bapaknya Tumpak dengan senyum dan mengangguk.
"Berapa lamai nanti selesai, baru kita ngomong sama distributor"
"Sebentar, 2 minggu juga jadi"
"Tempat jual bensin, gas dan minyak tanah dipisah saja"
"Pokoknya secukup Rp 25 juta lah"
Menjelang sore, pulang ke Sibolga, mereka mampir di rumah Longga.
"Selamat sore, Longga, apa khabar?", sambil masuk keruang tamu.
Tumpak permisi mau ke kamar mandi :"Jojor mana ?"
"Nanti kuberitahu bang"
"Minum tehnya Lian, ini kue kampung, pisang goreng, makanlah". sambil menyodorkan piring pisang goreng. Su Lian mengambil dan memakannya.
"Tadi dari mana ?"
"Lihat kios tumpak mau dibesarkan jadi permanen, ganti dinding papannya"
"Tamba tehnya boleh Longga, Jojornya mana ya, mandinya lama sekali"
"Ini bang tehnya, Jojor lagi tidak enak badan katannya", kata Longga pada hal Jojor sudah bisik kakaknya dia tidak mau ketemu karena ada Su Lian.
"Ya sudah, jadi tidak jadi nonton nih, ya permisi pulang ya, salam sama Jojor.
Hari Selasa minggu depannya Tumpak menjemput ke sekolah Longga persis waktu istirahat mau diajak ke Bank BRI Unit Singamangaraja, mau diambilkan formulir Tabungan buat papanya karena mau menabung seperti Tumpak. Tapi urusan utamanya mau urus pinjaman dan menyerahkan dokumen. Longga ikut mendengar tanya jawab antara Mantri kredit dengan Tumpak, karena mereka kira pacar atau adiknya.
"Berapa pinjaman yang perlu untuk bisnis getahnya ?"
"Perlunya Rp 15 juta, tapi tidak untuk bisnis getah saja bang, punya kios juga serta jual bensin"
"Omzet sehari totalnya berapa ?"
"Ini bang buku tabungan semua transaksi masuk keluar ada disini karena aku setor semua ke bank, terus aku mau lunasi hutang ke toke Rp 5 juta dan bayar kontan ke keluarga dan tetangga sekitar Rp 5 juta, sisanya untuk modal kios karena kios mau kubangun permanen biar omzetnya bertambah"
"Dokumen apa yang sudah dibawa"
"Ini SIUP, SITU, NPWP dan copy Akte Notaris, kalau Sertifikat tanah masih diurus bang"
"Sudah cukup dulu nanti kuhitung dulu, besok siang saya datang melihat kios dan getahnya"
"Terima kasih, permisi"
"Maaf ini adik atau .....pacar ?"
"Teman bang, bapaknya yang perlu formulir tabungan mau buka rekening katanya".
Di parkiran motor sebelum meninggalkan Bank Longga berkata :
"Hebat kali kau bang, sudah mulai pinjam Bank, ajari aku ya?"
"Kalian kuliah dulu lah nanti bukan seperti kami ini, berkuli"
"Ngomong ngomong, Jojor ga mau ketemu Abang lagi sekarang pada hal Su Lian hanya teman bisnis, tolong jelasin ya, please"
"Sabarlah bang dia masih muda, sekarang dia suka pergi sama Leonard dan mama bapak tidak pernah marah".
Lalu mereka berpisah, Longga pulang ke sekolah dan Tumpak pulang ke kampung.
Betul janji mantri Bank tepat jam 2 siang meninjau usahanya di kampung.
"Stock getahnya mana ?"
"Kan hari pasar langsung dijual ke toke, ada 25 kg di belakang yang dibeli kontan, kalau getah dari keluarga, tetangga dan teman dekat saya bayar kadang tempo 1 - 2 hari, jika dapat kredit mau saya bayar kontan"
"Kapan kios ini selesai dibangun dan barang dari mana ?"
"Dari distributor Medan bang, tapi itu kogsinyasi, tetapi untuk bensin, beras, gula, gas, minyak tanah kan mesti bayar kontan, seminggu lagi kios ini sudah jadi"
"Baik cukup dulu hari ini, nanti beberapa hari saya khabari kalau kepala unit sudah setuju".
Sore harinya Tumpak penasaran mau ketemu Jojor dirumahnya.
"Horas Jojor, bapak ada ?:
"Tunggu bang aku panggil, duduklah", tapi wajahnya tidak ketawa seperti biasanya.
"Jor, tunggu sebentar saya mau ngomong"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan", sambil dia masuk memanggil bapaknya.
"Pak formulir tabungannyanya sudah diisi, besok mau saya bawa?"
"Longga ambil dulu formulir itu sama uang Rp 500.000"
"Saya permisi dulu ya pak"Longga mengantarnya sampai ke motornya.
"Jojor mana ?"
Ketika selesai menjual getah Tumpak berbicara tentang rencana membangun warung menjadi kios permanen disamping kiri rumah Tumpak di kampung. Mata mamanya memperhatikan dari jauh gerak gerik putrinya.
"Berapa sekarang rata rata omzet kios per hari ?"
"Masih kecil Lian, sekitar Rp 1 juta lah"
"Untung 10% ,bisa Rp 3 juta sebulan untungnya, lumayan"
"Saya kenal distributor di Medan bisa drop barang, nambah jenis barang"
"Pembayarannya bisa kosinyasi kan"
"Bagimana pembagian keuntutngan ?"
"Seperti biasalah Tumpak 60 : 40, setuju ?"
"Pelit sekali kau Lian dasar..., gimana kalau 80 : 20 ?"
"Ya sudah ditengah tengahlah 70 :30"
"Tengah tengahnya itu 75 : 25"
"Ok, Ok, 75 : 25", sambil salaman dan senyum senyum. Mata mamanya melotot dari jauh, seperti bertanya tanya arti senyum dan salaman itu
"Lian bikinkan Surat perjanjiannya ya, jika aku ada uang hutang Rp 25 juta, kulunasi hutang,, perjanjian kita stop, putus"
"Papa, ma, sudah sepakat pembagian 75 : 25%"
"Bagus bagus", kata papanya ikut senyum.
"Papa pinjam sopir ya, kami mau lihat dulu kios Tumpak di kampung"
"Pak, kiosnya dibuat satu lantai atau ruko ?"
"Satu lantai saja, kalau sudah ramai bikin 2 lantai bisa", kata Tumpak diyakan bapaknya Tumpak dengan senyum dan mengangguk.
"Berapa lamai nanti selesai, baru kita ngomong sama distributor"
"Sebentar, 2 minggu juga jadi"
"Tempat jual bensin, gas dan minyak tanah dipisah saja"
"Pokoknya secukup Rp 25 juta lah"
Menjelang sore, pulang ke Sibolga, mereka mampir di rumah Longga.
"Selamat sore, Longga, apa khabar?", sambil masuk keruang tamu.
Tumpak permisi mau ke kamar mandi :"Jojor mana ?"
"Nanti kuberitahu bang"
"Minum tehnya Lian, ini kue kampung, pisang goreng, makanlah". sambil menyodorkan piring pisang goreng. Su Lian mengambil dan memakannya.
"Tadi dari mana ?"
"Lihat kios tumpak mau dibesarkan jadi permanen, ganti dinding papannya"
"Tamba tehnya boleh Longga, Jojornya mana ya, mandinya lama sekali"
"Ini bang tehnya, Jojor lagi tidak enak badan katannya", kata Longga pada hal Jojor sudah bisik kakaknya dia tidak mau ketemu karena ada Su Lian.
"Ya sudah, jadi tidak jadi nonton nih, ya permisi pulang ya, salam sama Jojor.
Hari Selasa minggu depannya Tumpak menjemput ke sekolah Longga persis waktu istirahat mau diajak ke Bank BRI Unit Singamangaraja, mau diambilkan formulir Tabungan buat papanya karena mau menabung seperti Tumpak. Tapi urusan utamanya mau urus pinjaman dan menyerahkan dokumen. Longga ikut mendengar tanya jawab antara Mantri kredit dengan Tumpak, karena mereka kira pacar atau adiknya.
"Berapa pinjaman yang perlu untuk bisnis getahnya ?"
"Perlunya Rp 15 juta, tapi tidak untuk bisnis getah saja bang, punya kios juga serta jual bensin"
"Omzet sehari totalnya berapa ?"
"Ini bang buku tabungan semua transaksi masuk keluar ada disini karena aku setor semua ke bank, terus aku mau lunasi hutang ke toke Rp 5 juta dan bayar kontan ke keluarga dan tetangga sekitar Rp 5 juta, sisanya untuk modal kios karena kios mau kubangun permanen biar omzetnya bertambah"
"Dokumen apa yang sudah dibawa"
"Ini SIUP, SITU, NPWP dan copy Akte Notaris, kalau Sertifikat tanah masih diurus bang"
"Sudah cukup dulu nanti kuhitung dulu, besok siang saya datang melihat kios dan getahnya"
"Terima kasih, permisi"
"Maaf ini adik atau .....pacar ?"
"Teman bang, bapaknya yang perlu formulir tabungan mau buka rekening katanya".
Di parkiran motor sebelum meninggalkan Bank Longga berkata :
"Hebat kali kau bang, sudah mulai pinjam Bank, ajari aku ya?"
"Kalian kuliah dulu lah nanti bukan seperti kami ini, berkuli"
"Ngomong ngomong, Jojor ga mau ketemu Abang lagi sekarang pada hal Su Lian hanya teman bisnis, tolong jelasin ya, please"
"Sabarlah bang dia masih muda, sekarang dia suka pergi sama Leonard dan mama bapak tidak pernah marah".
Lalu mereka berpisah, Longga pulang ke sekolah dan Tumpak pulang ke kampung.
Betul janji mantri Bank tepat jam 2 siang meninjau usahanya di kampung.
"Stock getahnya mana ?"
"Kan hari pasar langsung dijual ke toke, ada 25 kg di belakang yang dibeli kontan, kalau getah dari keluarga, tetangga dan teman dekat saya bayar kadang tempo 1 - 2 hari, jika dapat kredit mau saya bayar kontan"
"Kapan kios ini selesai dibangun dan barang dari mana ?"
"Dari distributor Medan bang, tapi itu kogsinyasi, tetapi untuk bensin, beras, gula, gas, minyak tanah kan mesti bayar kontan, seminggu lagi kios ini sudah jadi"
"Baik cukup dulu hari ini, nanti beberapa hari saya khabari kalau kepala unit sudah setuju".
Sore harinya Tumpak penasaran mau ketemu Jojor dirumahnya.
"Horas Jojor, bapak ada ?:
"Tunggu bang aku panggil, duduklah", tapi wajahnya tidak ketawa seperti biasanya.
"Jor, tunggu sebentar saya mau ngomong"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan", sambil dia masuk memanggil bapaknya.
"Pak formulir tabungannyanya sudah diisi, besok mau saya bawa?"
"Longga ambil dulu formulir itu sama uang Rp 500.000"
"Saya permisi dulu ya pak"Longga mengantarnya sampai ke motornya.
"Jojor mana ?"
No comments:
Post a Comment