BUKA TABUNGAN DAN SPEKULASI
Menjelang petang Jojor baru pulang sekolah bersama Tumpak. Bapaknya marah sama Longga, kakaknya:"Kenapa adikmu belum pulang?"
"Ga tau pak"
"Mulai besok dia tdk boleh lagi bawa motor".
Tidak lama motor berhenti depan rumah.
"Dari mana saja kalian baru pulang?".
"Tadi aku jatuh bajuku basah dipantai"
"Kunci motormu sini, besok tdk boleh bawa lagi"
"Ga tau pak"
"Mulai besok dia tdk boleh lagi bawa motor".
Tidak lama motor berhenti depan rumah.
"Dari mana saja kalian baru pulang?".
"Tadi aku jatuh bajuku basah dipantai"
"Kunci motormu sini, besok tdk boleh bawa lagi"
Bpk Longga sebenarnya suka dng Tumpak karena mereka nanti bisa joint beli getah agar tidak bersaing harga. Hanya kalau berteman jangan sama Jojor, sama kakaknya. Jangan sampai melangkahi kakaknya, nanti memalukan keluarga.
Sejak saat itu Tumpak tidak pernah lagi mampir, lagi pula dia tidak jual karet lagi kpd bpk Longga.
Setelah 6 bulan langganan Tumpak makin bertambah. Teman teman sekolahnya seperti Osman, Januar, Daulat sdh jadi langganannya. Sehingga satu hari pasar sdh mampu membeli sekitar 1 ton bernilai Rp 750.000 - Rp 1 juta. 4 x pasar ya 4 kalinya.
Tentu tidak semua mau jd pelanggan Tumpak. Sebagian tetap bebas menjual kpd agen pengepul yg menawarkan dng harga lebih tinggi.
Tentu tidak semua mau jd pelanggan Tumpak. Sebagian tetap bebas menjual kpd agen pengepul yg menawarkan dng harga lebih tinggi.
Keuntungan bulanan Tumpak meningkat sekitar Rp 1 - Rp 2 juta sebulan. Buat anak baru lulus SMA itu nilai yg cukup besar.
Tapi jika musim hujan tidak ada yg jual karet. Pd saat itu musim buah, durian dan duku. Itu yg menjadi dagangan Tumpak di kios samping rumah. Keluarga dekat juga titip disitu. Pembeli kebanyakan mobil yg lewat menuju Medan atau Sibolga.
Begitulah masyarakat hidup dari anugerah Tuhan, tanpa diusahakan jadi perkebunan durian dan duku tersedia tinggal tunggu musim.
Sawah jarang, beli beras dari Kabupaten tetangga, Tapanuli Selatan dan Tobasa sebagai lumbung pangan. Karet dijual untuk beli beras, uang sekolah dll. 1 kg beras senilai 1 kg karet itu rumus yg ideal.
Tapi jika musim hujan tidak ada yg jual karet. Pd saat itu musim buah, durian dan duku. Itu yg menjadi dagangan Tumpak di kios samping rumah. Keluarga dekat juga titip disitu. Pembeli kebanyakan mobil yg lewat menuju Medan atau Sibolga.
Begitulah masyarakat hidup dari anugerah Tuhan, tanpa diusahakan jadi perkebunan durian dan duku tersedia tinggal tunggu musim.
Sawah jarang, beli beras dari Kabupaten tetangga, Tapanuli Selatan dan Tobasa sebagai lumbung pangan. Karet dijual untuk beli beras, uang sekolah dll. 1 kg beras senilai 1 kg karet itu rumus yg ideal.
Tumpak sudah mulai mengerti fluktuasi naik turun harga karet dan jiwa bisnisnya berbicara.
Pernah rugi tetapi pernah untung menahan stock karet beberapa hari. Tiba tiba harga anjlog. Terasa juga ruginya. Pernah juga harga melonjak dan untung sampai Rp 2,5 juta.
Ketika menahan stock, family dan tetangga yg perlu uang dibayar separoh dulu, ada juga yg ambil beras, minyak dll, nanti diperhitungkan dng karet yg disetorkan. Karena di kios sudah cukup banyak barang kebutuhan pokok.
Pernah rugi tetapi pernah untung menahan stock karet beberapa hari. Tiba tiba harga anjlog. Terasa juga ruginya. Pernah juga harga melonjak dan untung sampai Rp 2,5 juta.
Ketika menahan stock, family dan tetangga yg perlu uang dibayar separoh dulu, ada juga yg ambil beras, minyak dll, nanti diperhitungkan dng karet yg disetorkan. Karena di kios sudah cukup banyak barang kebutuhan pokok.
Disamping kebutuhan pokok kios juga menjual bensin mengingat di kampung banyak yg sudah punya sepeda motor. Ibu dan kakak Tumpal melayani pengisian motor tsb.
Berhentilah satu motor, pegawai bank bri Sibolga. Dia bertanya :"Sudah punya tabungan kau?".
"Belum bang, usaha masih kecil kecilan".
Setelah berkenalan, rupanya marga mereka sama, marga Hutagalung.
"Kalau kau punya tabungan, ketahuan berapa omzetmu tiap bulan".
"Untuk apa bang?".
"Kau bisa minjam modal, toke China begitu semua, jadi kami tahu omzet mereka".
"Aku pikirlah dulu bang, kapan kapan aku mampir ke bank".
"Belum bang, usaha masih kecil kecilan".
Setelah berkenalan, rupanya marga mereka sama, marga Hutagalung.
"Kalau kau punya tabungan, ketahuan berapa omzetmu tiap bulan".
"Untuk apa bang?".
"Kau bisa minjam modal, toke China begitu semua, jadi kami tahu omzet mereka".
"Aku pikirlah dulu bang, kapan kapan aku mampir ke bank".
2 minggu kemudian Tumpak dan pegawai bank ketemu minum kopi siang hari di kedai kopi.
"Kapan jadinya kau buka Tabungan ?".
"Habis minum samalah kita ke Bank ya bang".
Disetorlah tabungan awal Rp 250.000.
"Besok lusa datang lagi biar kuajari pakai kartu ATM".
"Terima kasih bang, horas".
"Kapan jadinya kau buka Tabungan ?".
"Habis minum samalah kita ke Bank ya bang".
Disetorlah tabungan awal Rp 250.000.
"Besok lusa datang lagi biar kuajari pakai kartu ATM".
"Terima kasih bang, horas".
Karena masih punya uang keuntungan jual karet hari pasar Senin lalu, Tumpak beli satu Laptop. Laptop pertama tidak seperti teman2 sekelasnya banyak yg sdh punya laptop atau PC di rumah.
Sejak peristiwa itu dan sibuk melayani di kios, Tumpak jarang ke rumah Longga. Bapaknya tanya:"Apa khabar Tumpak sekarang, bpk ingin ketemu ?".
"Tidak tau pak, nanti sore saya isi bensin kesana".
"Tidak tau pak, nanti sore saya isi bensin kesana".
"Horas namboru, Tumpak dirumah?"
"Ada tunggu sebentar".
"Apa khabar bang, bpk cari tuh".
"Ya besok Sabtu saya mampir".
"Sekalian kita nonton bang ada film korea".
Longga tau persis kalau bpknya suka sama Tumpak karena masih muda sudah mulai berbisnis. Maunya mereka joint dari pada bersaing.
"Ada tunggu sebentar".
"Apa khabar bang, bpk cari tuh".
"Ya besok Sabtu saya mampir".
"Sekalian kita nonton bang ada film korea".
Longga tau persis kalau bpknya suka sama Tumpak karena masih muda sudah mulai berbisnis. Maunya mereka joint dari pada bersaing.
Jadilah mereka mau nonton film. Jojor cepat cepat ambil kunci diberikan Tumpak. Dia langsung duduk dibonceng. Sedang Longga sendirian. Mereka jemput Leonard dulu dirumahnya. Habis nonton Tumpak ajak mereka makan bakmie. Tentu siapa yg ajak dialah yang bayar.
"Sudah banyak duit sekarang ya bang".
"Ah masih jauh dari bpk Longga".
"Kiosnya juga ramai ya bang".
"Lumayanlah".
"Sudah banyak duit sekarang ya bang".
"Ah masih jauh dari bpk Longga".
"Kiosnya juga ramai ya bang".
"Lumayanlah".
No comments:
Post a Comment