langkah terhenti bukit hijau itu sudah pergi kembang harum tak nampak lagi pada hal disitu moyangku berhenti, ;sementara
dulu bintang berpendar disitu dibawah pohon perdu itu pipit bercicit diranting ranting mungil senang berziarah mengenang moyangku
mengapa harus merenungi zaman memang silih berganti si jahanam itu yang menghalau memori, membuat hati menjadi gersang
dulu aku berkeringat ke bukit itu untuk menghormati moyangku di taman damai keluarga tak menyisakan lagi tanda cinta itu mimpi berdampingan dengan moyangku dibawah pohon perdu kini sirna entah kemana cicit burung itu terbang membuat hati menjadi gersang
No comments:
Post a Comment