Nyeri rindu menyeruak tulang
Terbayang dua wajah renta
Tersenyum dibalik nisan tanpa nama
Di punggung bukit duka
Dipenghujung dasawarsa
Sembilu tajam meretas ari ari
Dipendam dikolong rumah panggung
Dikerindangan daun daun hijau
Yang beterbangan menyapa bulan
Di tepian kali bening
Sungai jernih cerling
Kemilau air cerling menari dipori pipi
Bebatuan menggosok badan
Pulang bersiul bersarung mandar
Berkasut sandal Jepang
Diundakan pematang
Kupicing mata kuengkol sepeda
Menikung bukit ke sekolah
Buka register kumal, tertawa
Angka rapor hanya rata rata
Bermimpijadi pejabat Negara
Penderes getah tetap terlunta
Tergolek tikar anyaman tua
Dibuai paduan suara jangkrik
Tanpa sinetron mobil mewah
Rindu mendengar sajak merdeka
Durian Sibolga lezat harum
Semilir nostalgia berembus
Harum durian menimpali bau getah
Menusuk rongga dada terbuka
Karena hujan turun dimusimnya
Karena hujan turun dimusimnya
Berjoget meliuk liuk di jalan berlobang
Telusuri tebing dan kelokan
Kupejam retina mereka reka ingatan
Kampung tanah kelahiran
Kampung tanah kelahiran
Selalu terbawa dalam kenangan
Jalan meliuk liuk
Sibolga, 23 Desember 2010
No comments:
Post a Comment