I. LARI DARI BAYANGMU
Tetes tetes gerimis
Tak kuasa melembutkan hati yang kelu
Di bilik temaram penuh kenangan
Bersamamu sayang
Kualihkan kerling ke channel one
Jantungku berdebar kencang
Melihat lesung pipit sang bintang
Seperti sebyummu sayang
Kukayuh sampan ke Pulau Poncan
Bersembunyi di balik ilalang gersang
Di balik batu karang legam
Parasmu terukir disana
Nekad kuterbang di atas Fujiyama
Menuju bandara LAX di California
Berpapasan dengan rupa rupa Asia
...Sepertimu
II. LESUNG PIPIT DI KALIMANTAN
Boasa ingkon pajumpang
Musim dingin yang menggigit tulang
Di keramaian hatiku beku
Dibawah selimut yang tebal
Senyumnya terus mengambang
Kalender berganti bulan dan tahun
Kulari di kelebatan Kalimantan
Dibawah selimut yang tebal
Senyumnya terus mengambang
Kalender berganti bulan dan tahun
Kulari di kelebatan Kalimantan
Sayup terdengan tembang kenangan
Akankah benih sayang akan bersemi
Dalam hutan yang gersang ini
Hanya karena lesung pipit
Seperti dia yang telah pergi
Dalam hutan yang gersang ini
Hanya karena lesung pipit
Seperti dia yang telah pergi
Tangannya kugenggam erat
Dengan lesung pipitnya
Mengalunkan tembang
Mengapa harus berjumpa,
Jika akhirnya berpisah
Jika akhirnya berpisah
III. KIDUNG SABU ATAU SITUMORANG
Kuhapus bayangn lesung pipi di Kalimantan
Berlayar ke pulau Sabu, pantai perawan
Jantung berdebar kencang
Jemari lentiknya memetik gitar
Senandungnya menggores karang hati
Melodi rayuan pulau kelapa
Tersiar hingga ke danau toba
Yang selalu berdendang lagu Situmorang
Karang kasih yang membatu
Melembut ditetesi adat kenoto
Kukuatkan meneguk tuak dan sirih
Agar kelak lagu Situmorang diganti
Oo nawanni tana ee, li ta b'oleh ballo *)
*) Janjilah adikku sayang, jangan pernah melupakanku
IV. SINGGAH DI BENUA SELATAN
Kami terus berlagu bulan
Kuselipkan anyelir dirambutnya
Kukecup mascara yang berembun
Layar berkembang ke teluk byron bay
Lama kakiku tak menari dansa
Gerak sintal mengiring instrumentalia
Membuat langkahku tak seirama
Bola mataku merona merah
Kududuk memandang batas senja
Kugubah syair berlabuh di suatu hati
Didalam studio bibirmu merekah
Memutar tembang kenangan
Memutar tembang kenangan
Gelombang radio menembus khatulistiwa
Tembang I can't stop loving you
Tembang I can't stop loving you
Hingga ke kampung halaman
Kutancapkan pandang menatap parasmu
Hatiku terkejut tertusuk sembilu
Penolakan tinggal lama di Australi
Hati mulai terajut, jiwa mulai bersemi
Kemana lagi aku harus lari ?
V. RUMPUT HIJAU DI QUEENSLAND
Angin berdebar menghembus awan
Senyum tipis melambaikan tangan
Selamat tinggal teluk Byron bay
Menuju ranch seorang teman
Kududuk di sadel menjaga sapi di ladang
Rumput sepanjang mata memandang
Disela canda tawa keluarga campuran
Gula Sabu dan steak Queensland
Disela jeda, menimba ilmu
Walau paras ayu melirik bergurau
Retina hatiku sudah membiru
Gendang jantungku memburu
Gendang jantungku memburu
Rindu segera kembali ke Negeriku
VI. ING TAWANG ONO LINTANG
Kanguru disambut denting karawitan
Study di kampus yang tenang
Beriring simata sayu dari Kauman
Auranya bercahaya seperti bintang
Sorot mata ayahnya meradang
Lesehan di Maliboro berduaan
Tak ada lagi pertemuan
Tak ada lagi alasan belajar malam
Bangku kuliah di sebelah kosong
Tak lama mendapat surat undangan
Rebana bersahutan dengan sesenggukan
Dari sudut terdengar lagu kenangan
Ing tawang ono lintang cah ayu (di langit ada bintang anak manis)
Yen ing tawang ono lintang
VII. LAMBAIAN DI STASIUN TUGU
Bangku kuliah disebelah kosong
Sejak gadis kerudung diboyong
Dalam ruang dingin hatiku beku
Jumat Kliwon menjelang petang
VIII. MIRIP NAOMI DARI CANDI
Malam minggu mematut diri
Menemani gadis tinggi semampai
Sahabat keluarga dari Candi
Selemparan batu dari Harmoni
Gaul dalam paduan suara
Namun hati tak juga mau berpadu
Naomi hanya menemani
Teman dalam berbagi mimpi
Hari hari pikat asmara kukosongkan
Walau kulino pagi dan petang
Witing tresno belum juga kulino
Ranah kering mustahil akan bersemi
Bertugas lama ke bumi Sriwijaya
Menikmati empek empek cafe El Nita
Meninggalkan Naomi jauh dimata
Memang hanya teman bersuka
Tak ada rasa sesal
Tak ada memory untuk dikenang
Tak ada luka untuk diperban
Naomi bersanding dengan pria idaman
Tari Palembang
IX. EMPEK PALEMBANG DI CAFE EL NITA
Senyum merekah bekerja perdana
Nostalgia SMA
X. MEMORY INDAH MASA SEKOLAH
Bergegas napak tilas
Ke sekolah dikota salak
Lambaian tangannya hanya setengah
Kuberanikan untuk berkenalan
Wajahnya merona ketika bersalaman
Aroma parfumnya terhirup dalam
Membuatku mimpi berdansa tanpa kaki
Dia terkulai, terpukul tertikam palu arit
Anak malang, anak partai terlarang
Sejarah masa silam yang pekat
Membunuh mata hati yang baru bersemi
I hold her hand, stepped down the river
Embraced firmly, jump over
If stumble, we come down together
Seat close side by side
Over a roar river, I whispered
Turn her head, cheek meet cheek
Closed her eyes, not seeing my lips
Free my hand off the wheel
Leaved me behind in questioning
Mom, where I'll be run away
After she say Yes I do, set a bigday
Over Batanghari river, harbour my heart
VI. ING TAWANG ONO LINTANG
Kanguru disambut denting karawitan
Study di kampus yang tenang
Beriring simata sayu dari Kauman
Auranya bercahaya seperti bintang
Sorot mata ayahnya meradang
Lesehan di Maliboro berduaan
Tak ada lagi pertemuan
Tak ada lagi alasan belajar malam
Bangku kuliah di sebelah kosong
Tak lama mendapat surat undangan
Rebana bersahutan dengan sesenggukan
Dari sudut terdengar lagu kenangan
Ing tawang ono lintang cah ayu (di langit ada bintang anak manis)
VII. LAMBAIAN DI STASIUN TUGU
Bangku kuliah disebelah kosong
Sejak gadis kerudung diboyong
Dalam ruang dingin hatiku beku
Dikeramaian terasa sendu
Wajahku dilirik rambut berponi
Di rumah joglo sebelah
Suka gowes bareng ke sekolah
Belajar hingga larut malam
Kembang baru mekar di taman
Baunya harum menawan
Tapi pot hatiku masih gersang
Kubiarkan kupu kupu lain menerawang
Baunya harum menawan
Tapi pot hatiku masih gersang
Kubiarkan kupu kupu lain menerawang
Jumat Kliwon menjelang petang
Gerimis di peron stasiun Tugu
Roda kereta berderit perlahan
Roda kereta berderit perlahan
Lambaiannya menghilang di kegelapan
VIII. MIRIP NAOMI DARI CANDI
Malam minggu mematut diri
Menemani gadis tinggi semampai
Sahabat keluarga dari Candi
Selemparan batu dari Harmoni
Gaul dalam paduan suara
Namun hati tak juga mau berpadu
Naomi hanya menemani
Teman dalam berbagi mimpi
Hari hari pikat asmara kukosongkan
Walau kulino pagi dan petang
Witing tresno belum juga kulino
Ranah kering mustahil akan bersemi
Bertugas lama ke bumi Sriwijaya
Menikmati empek empek cafe El Nita
Meninggalkan Naomi jauh dimata
Memang hanya teman bersuka
Tak ada rasa sesal
Tak ada memory untuk dikenang
Tak ada luka untuk diperban
Naomi bersanding dengan pria idaman
IX. EMPEK PALEMBANG DI CAFE EL NITA
Senyum merekah bekerja perdana
Sambil mencicipi empek empek cafe El Nita,
di bibir sungai Musi
Diramu dia berkacamata gaya
Sambil bergoyang rentak zapin
di bibir sungai Musi
Diramu dia berkacamata gaya
Sambil bergoyang rentak zapin
Seirama kapal yang berdansa
Cengkok Melayu berganti lagu sendu
Lagu rindu dari band Ungu
Larut malam kaca mata mengabur
Senyumnya pamit undur
Ingat jembatan Ampera
Merindu Nita, si kaca mata gaya
Senyumnya pamit undur
Ingat jembatan Ampera
Merindu Nita, si kaca mata gaya
X. MEMORY INDAH MASA SEKOLAH
Hari hari berlelah di kilang getah
Angin rindu, hati gelisah
Bayang senja,
debur ombak memecah
debur ombak memecah
Bergegas napak tilas
Ke sekolah dikota salak
Bertemu dia yang sudah menikah
Cinta pertama, sejak remaja
Kasih dirajut dalam kertas berwarna
Mimpi menikah setelah kuliah
Hanya tinggal fatamorgana
Hanya tinggal fatamorgana
Kugenggam tangannya yang gemetar
Mendung dan gerimis menjadi saksi
Memori indah masa sekolah Mendung dan gerimis menjadi saksi
Lambaian tangannya hanya setengah
XI. MATA HATI YANG TERLUKA
Usai Gereja mata nanar mencari
Gadis putih, menggandeng IbundaKuberanikan untuk berkenalan
Wajahnya merona ketika bersalaman
Malam minggu berdansa berpegangan
Di ulang tahun teman hingga larut malamAroma parfumnya terhirup dalam
Membuatku mimpi berdansa tanpa kaki
Hari berganti minggu dan bulan
Malam itu lampu lampu hilang cahayaDia terkulai, terpukul tertikam palu arit
Anak malang, anak partai terlarang
Kata perpisahan selembut beludru
Tak mampu menghentikan sesenggukanSejarah masa silam yang pekat
Membunuh mata hati yang baru bersemi
XIIa. AT BATANGHARI RIVER
HARBORED MY HEART
HARBORED MY HEART
I hold her hand, stepped down the river
If stumble, we come down together
Seat close side by side
Turn her head, cheek meet cheek
Closed her eyes, not seeing my lips
Free my hand off the wheel
The vacation just over
She'll meet the guy, who like herLeaved me behind in questioning
Mom, where I'll be run away
Tex send to my mom in hometown
Please come soon before the full moonAfter she say Yes I do, set a bigday
Over Batanghari river, harbour my heart
XIIb.DI SUNGAI BATANGHARI,
HATI BERLABUH
HATI BERLABUH
Kugenggam jemarinya menuruni tebing
Kupeluk ketika meloncat ke perahu
Jika jatuh biarlah tetap bersatu
Aroma rambutnya tertiup bayu
Ditengah gemuruh mesin
Angin berbisik menyenggol pipi
Angin berbisik menyenggol pipi
Matanya terpejam
Kulepas setir menuju kehulu
Kulepas setir menuju kehulu
Kembali kehilir menjelang senja
Jelang petang lewat depan serambi
Hati berbunga melihat lambaian jemari
Seirama debur jantung dan gemuruh sungaiKapankah akan berlabuh dihati
Matanya berembun, akan kuliah kembali
Pasti bersua pria yang menaruh hatiMeninggalkanku, penuh iri
Ibu, kemana lagi aku kan lari
Telegram ke kampung halaman
Harap bergegas sebelum bulan matiSetelah berkata ya diikat ulos
Di Batanghari hati telah berlabuh
Komentar di Komunitas Sibolga atas Puisi LARI DARI BAYANG PARIBAN :
Sdr.M.Thoyib: "lupakan saja itu pariban, karena Anda sekarang justru nikah bukan dengan pariban kan", katanya serta menambahkan :"Jangan terlalu melancholis", komentarnya memberi nasehat positip.
Beberapa komentar bahasa pesisir Sibolga:
- Sanang bana ambo kalo urang Sibolga mempunyai appresiasi kayak iko
- Dalam bana puisi arti nyotu mamak
- Ado ado sajo, tapi rancak juo yo
- Dalam bana
- Ala mak, carilah bang boru Situmorang itu.
Komentar berbahasa Batak:
- Marlotop do aya ate atekki
- Martabuni ho Tulang, ehh salah mantab tulang
- Nice puisi tulang...Arga do bona ni pinasa
Sdr.Julius Silalahi berkomentar dengan berjudul "Tumba Goreng" :
Tumba goreng
Da goreng ni Sibolga julu
Peak peak di bangku bangku
Tuhoron ni hepeng sasukku
Ma roan ma tu si
Dolo doli na marsiadu
Ai boasa songoni
Ai manggoreng namarbaju
Aut ahu, aut ahu doli doli
Da mangalua, mangalua pe taho
Aut ahu, aut ahu namarbaju
Da maiturun maiturun pe taho
Sebagian komentar yang dipost di Facebook antara lain :
KIDUNG SABU ATAU LAGU SITUMORANG
Banyak puisi yang romantis, tetapi tidak pernah membuat dada beta sampai
merayap. Jantung beta mau copot, mau melompat lari...cari sesuatu,
karena begitu romantisnya.
Kaka sayang...sepertinya mau mati.....dan berharap saya sendiri yang ada dalam cerita itu.
Beta suka setengah mati kakak sayang ee, talalu manise...Dankje besar
Kaka sayang...sepertinya mau mati.....dan berharap saya sendiri yang ada dalam cerita itu.
Beta suka setengah mati kakak sayang ee, talalu manise...Dankje besar
(Fransesca Von Reinhaart, New South Wales, Australia)
AT BATANGHARI, HARBOR MY HEART
Cool banget....sangat romantis...dimulai dari bait pertama, apalagi bait
kedua...huuuuiii. Ternyata ada juga orang Batak yang romantis (maaf)
(Nia Erni Miha Balo, Tangerang, Banten)
RUMPUT HIJAU DI QUEENSLAND
Ama, saya baca puisi ini dengan airmata berlinang. Kata kata yang rapih,
teratur bagaikan jembatan yang menyatukan kita, walaupun jauh
(Enny Whites, Queensland, Australia)
SORRY...BUT
Suatu kolaborasi yang indah
(Nana Juliana, Perth, Australia)
MENGHIBUR DENGAN PUISI
Kubaca berulang ulang Ternyata Puisi bisa menyatukan hati sesama
teman walaupun berjauhan. Terima kasih Nana, Terima kasih
Pak Situmeang
( Rian Garyati, Jakarta Timur)
( Rian Garyati, Jakarta Timur)
SAPU TANGAN ROBEK
Aku belum bisa ngomong sekarang Ito karena airmata sudah berhamburan
"Apakah kau lihat air mata ini...yang tidak bisa kau usap lagi. Hatiku memang sendu, kau pergi tanpa pesan"
"Apakah kau lihat air mata ini...yang tidak bisa kau usap lagi. Hatiku memang sendu, kau pergi tanpa pesan"
(Meina Rotua Sinaga, Bandung)
AMANG PANGGOARAN
Kemarin kubaca, aku ga komen karena...aku menangis membacanya. Hari ini
kubaca lagi...mataku masih berlinang. Terbayang orangtuaku yang sekuat
tenaga membiayai kuliahku
(Novitha Ly Panjaitan, Ngabang, Kalimantan Barat)
No comments:
Post a Comment