Saturday, August 8, 2015

P U I S I....LARI DARI BAYANGMU (SERI I - XII)






Pulau Poncan, Sibolga

I. LARI DARI BAYANGMU

Tetes tetes gerimis
Tak kuasa melembutkan hati yang kelu
Di bilik temaram penuh kenangan
Bersamamu sayang

Kualihkan kerling ke channel one
Jantungku berdebar kencang
Melihat lesung pipit sang bintang
Seperti sebyummu sayang

Kukayuh sampan ke Pulau Poncan
Bersembunyi di balik ilalang gersang
Di balik batu karang legam
Parasmu terukir disana

Nekad kuterbang di atas Fujiyama
Menuju bandara LAX di California
Berpapasan dengan rupa rupa Asia


...Sepertimu

II. LESUNG PIPIT DI KALIMANTAN
Boasa ingkon pajumpang

Musim dingin yang menggigit tulang
Di keramaian hatiku beku
Dibawah selimut yang tebal
S
enyumnya terus mengambang


  Kalender berganti bulan dan tahun
Kulari di kelebatan Kalimantan
                                            Kuselami dasar sungai yang dalam
Sayup terdengan tembang kenangan

          Akankah benih sayang akan bersemi
         Dalam hutan yang gersang ini
         Hanya karena lesung pipit
     Seperti dia yang telah pergi


Tangannya kugenggam erat 
Dengan lesung pipitnya 
Mengalunkan tembang
Mengapa harus berjumpa, 
Jika akhirnya berpisah




III. KIDUNG SABU ATAU SITUMORANG

Kuhapus bayangn lesung pipi di Kalimantan
Berlayar ke pulau Sabu, pantai perawan  
Jantung berdebar kencang

Jemari lentiknya memetik gitar
Senandungnya menggores karang hati

Melodi rayuan pulau kelapa
Tersiar hingga ke danau toba

Yang selalu berdendang lagu Situmorang

Karang kasih yang membatu
Melembut ditetesi adat kenoto
K
ukuatkan meneguk tuak dan sirih
Agar kelak lagu Situmorang diganti
Oo nawanni tana ee, li ta b'oleh ballo *)





*) Janjilah adikku sayang, jangan pernah melupakanku


IV. SINGGAH DI BENUA SELATAN

Kami terus berlagu bulan
                                              Kuselipkan anyelir dirambutnya
Kukecup mascara yang berembun
Layar berkembang ke teluk byron bay

Lama kakiku tak menari dansa
Gerak sintal mengiring instrumentalia
Membuat langkahku tak seirama
Bola mataku merona merah
Kududuk memandang batas senja
Kugubah syair berlabuh di suatu hati
Didalam studio  bibirmu merekah
Memutar tembang kenangan

Gelombang radio menembus khatulistiwa
Tembang I can't stop loving you
Hingga ke kampung halaman 
Kutancapkan pandang menatap parasmu


Hatiku terkejut tertusuk sembilu
Penolakan tinggal lama di Australi
Hati mulai terajut, jiwa mulai bersemi
Kemana lagi aku harus lari ?



 

V. RUMPUT HIJAU DI QUEENSLAND

 
 
Angin berdebar menghembus awan
Senyum tipis melambaikan tangan
Selamat tinggal teluk Byron bay
Menuju ranch seorang teman

Kududuk di sadel menjaga sapi di ladang
Rumput sepanjang mata memandang
Disela canda tawa keluarga campuran
Gula Sabu dan steak Queensland


Disela jeda, menimba ilmu
Walau paras ayu melirik bergurau
Retina hatiku sudah membiru
 Gendang jantungku memburu
Rindu segera kembali ke Negeriku

VI. ING TAWANG ONO LINTANG


 
Kanguru disambut denting karawitan
Study di kampus yang tenang

Beriring simata sayu dari Kauman
Auranya bercahaya seperti bintang

Sorot mata ayahnya meradang
Lesehan di Maliboro berduaan
Tak ada lagi pertemuan

Tak ada lagi alasan belajar malam

Bangku kuliah di sebelah kosong
Tak lama mendapat surat undangan
 Rebana bersahutan dengan sesenggukan
Dari sudut terdengar lagu kenangan
Ing tawang ono lintang cah ayu (di langit ada bintang anak manis)

Yen ing tawang ono lintang





VII. LAMBAIAN DI STASIUN TUGU

Bangku kuliah disebelah kosong
Sejak gadis kerudung diboyong
Dalam ruang dingin hatiku beku
Dikeramaian terasa sendu

Wajahku dilirik rambut berponi
Di rumah joglo sebelah
Suka gowes bareng ke sekolah
Belajar hingga larut malam

Kembang baru mekar di taman
Baunya harum menawan
Tapi pot hatiku masih gersang

Kubiarkan kupu kupu lain menerawang

Jumat Kliwon menjelang petang
Gerimis di peron stasiun Tugu
 Roda kereta berderit perlahan
Lambaiannya menghilang  di kegelapan

 
VIII. MIRIP NAOMI DARI CANDI


Malam minggu mematut diri

Menemani gadis tinggi semampai
Sahabat keluarga dari Candi
Selemparan batu dari Harmoni

Gaul dalam paduan suara

Namun hati tak juga mau berpadu
Naomi hanya menemani
Teman dalam berbagi mimpi

Hari hari pikat asmara kukosongkan

Walau kulino pagi dan petang
Witing tresno belum juga kulino
Ranah kering mustahil akan bersemi

Bertugas lama ke bumi Sriwijaya

Menikmati empek empek cafe El Nita
Meninggalkan Naomi jauh dimata
Memang hanya teman bersuka

Tak ada rasa sesal
Tak ada memory untuk dikenang
Tak ada luka untuk diperban
Naomi bersanding dengan pria idaman



Tari Palembang

IX. EMPEK PALEMBANG DI CAFE EL NITA

 
Senyum merekah bekerja perdana
Sambil mencicipi empek empek cafe El Nita,
di bibir sungai Musi
Diramu dia berkacamata gaya

S
ambil bergoyang rentak zapin
Seirama kapal yang berdansa
Cengkok Melayu berganti lagu sendu
Lagu rindu dari band Ungu
Larut malam kaca mata mengabur
Senyumnya pamit undur
Ingat jembatan Ampera
Merindu Nita, si kaca mata gaya





Nostalgia SMA
X. MEMORY INDAH MASA SEKOLAH

Hari hari berlelah di kilang getah
Angin rindu, hati gelisah
Bayang senja,
debur ombak memecah

Bergegas napak tilas
Ke sekolah dikota salak
Bertemu dia yang sudah menikah
Cinta pertama, sejak remaja

Kasih dirajut dalam kertas berwarna
Mimpi menikah setelah kuliah
Hanya tinggal fatamorgana

Kugenggam tangannya yang gemetar
Mendung dan gerimis menjadi saksi
Memori indah masa sekolah
Lambaian tangannya hanya setengah


XI. MATA HATI YANG TERLUKA 
 
Usai Gereja mata nanar mencari 
Gadis putih, menggandeng Ibunda
Kuberanikan untuk berkenalan
Wajahnya merona ketika bersalaman

Malam minggu berdansa berpegangan
Di ulang tahun teman hingga larut malam
Aroma parfumnya terhirup dalam
Membuatku mimpi berdansa tanpa kaki

Hari berganti minggu dan bulan
Malam itu lampu lampu hilang cahaya
Dia terkulai, terpukul tertikam palu arit
Anak malang, anak partai terlarang


Kata perpisahan selembut beludru
Tak mampu menghentikan sesenggukan
Sejarah masa silam yang pekat
Membunuh mata hati yang baru bersemi




XIIa. AT BATANGHARI RIVER
HARBORED MY HEART




 I hold her hand, stepped down the river
Embraced firmly, jump over 
If stumble, we come down together
Seat close side by side

Over a roar river, I whispered
Turn her head, cheek meet cheek
Closed her eyes, not seeing my lips
Free my hand off the wheel

The vacation just over
She'll meet the guy, who like her
Leaved me behind in questioning
Mom, where I'll be run away

Tex send to my mom in hometown
Please come soon before the full moon
After she say Yes I do, set a bigday 
Over Batanghari river, harbour my heart



XIIb.DI SUNGAI BATANGHARI,
HATI BERLABUH
Kugenggam jemarinya menuruni tebing
Kupeluk ketika meloncat ke perahu
Jika jatuh biarlah tetap bersatu
                                                Aroma rambutnya tertiup bayu

Ditengah gemuruh mesin
Angin berbisik menyenggol pipi
Matanya terpejam
Kulepas setir menuju kehulu
Kembali kehilir menjelang senja

Jelang petang lewat depan serambi

Hati berbunga melihat lambaian jemari
Seirama debur jantung dan gemuruh sungai
Kapankah akan berlabuh dihati

Matanya berembun, akan kuliah kembali
Pasti bersua pria yang menaruh hati
Meninggalkanku, penuh iri
Ibu, kemana lagi aku kan lari

Telegram ke kampung halaman
Harap bergegas  sebelum bulan mati
Setelah berkata ya diikat ulos
Di Batanghari hati telah berlabuh

Komentar di Komunitas Sibolga atas Puisi LARI DARI BAYANG PARIBAN :

 
Sdr.M.Thoyib: "lupakan saja itu pariban, karena Anda sekarang justru nikah bukan dengan pariban kan", katanya serta menambahkan :"Jangan terlalu melancholis", komentarnya memberi nasehat positip.


Beberapa komentar bahasa pesisir Sibolga:

- Sanang bana ambo kalo urang Sibolga mempunyai appresiasi kayak iko
- Dalam bana puisi arti nyotu mamak
- Ado ado sajo, tapi rancak juo yo
- Dalam bana
- Ala mak, carilah bang boru Situmorang itu.

Komentar berbahasa Batak:

- Marlotop do aya ate atekki
- Martabuni ho Tulang, ehh salah mantab tulang
- Nice puisi tulang...Arga do bona ni pinasa
  Sdr.Julius Silalahi berkomentar dengan berjudul "Tumba Goreng" :
Tumba goreng
Da goreng ni Sibolga julu
Peak peak di bangku bangku
Tuhoron ni hepeng sasukku

Ma roan ma tu si
Dolo doli na marsiadu
Ai boasa songoni
Ai manggoreng namarbaju

Aut ahu, aut ahu doli doli
Da mangalua, mangalua pe taho
Aut ahu, aut ahu namarbaju
Da maiturun maiturun pe taho





Sebagian komentar yang dipost di Facebook antara lain :


KIDUNG SABU ATAU LAGU SITUMORANG
Banyak puisi yang romantis, tetapi tidak pernah membuat dada beta sampai merayap. Jantung beta mau copot, mau melompat lari...cari sesuatu, karena begitu romantisnya.
Kaka sayang...sepertinya mau mati.....dan berharap saya sendiri yang ada dalam cerita itu.
Beta suka setengah mati kakak sayang ee, talalu manise...Dankje besar
(Fransesca Von Reinhaart, New South Wales, Australia)


AT BATANGHARI, HARBOR MY HEART
Cool banget....sangat romantis...dimulai dari bait pertama, apalagi bait kedua...huuuuiii. Ternyata ada juga orang Batak yang romantis (maaf)
(Nia Erni Miha Balo, Tangerang, Banten)

RUMPUT HIJAU DI QUEENSLAND
Ama, saya baca puisi ini dengan airmata berlinang. Kata kata yang rapih, teratur bagaikan jembatan yang menyatukan kita, walaupun jauh
(Enny Whites, Queensland, Australia)

SORRY...BUT
Suatu kolaborasi yang indah
(Nana Juliana, Perth, Australia)

MENGHIBUR DENGAN PUISI
Kubaca berulang ulang Ternyata Puisi bisa menyatukan hati sesama teman walaupun berjauhan. Terima kasih Nana, Terima kasih 
Pak  Situmeang
( Rian Garyati, Jakarta Timur)

SAPU TANGAN ROBEK
Aku belum bisa ngomong sekarang Ito karena airmata sudah berhamburan
"Apakah kau lihat air mata ini...yang tidak bisa kau usap lagi. Hatiku memang sendu, kau pergi tanpa pesan"
(Meina Rotua Sinaga, Bandung)
AMANG PANGGOARAN
Kemarin kubaca, aku ga komen karena...aku menangis membacanya. Hari ini kubaca lagi...mataku masih berlinang. Terbayang orangtuaku  yang sekuat tenaga membiayai kuliahku
(Novitha Ly Panjaitan, Ngabang, Kalimantan Barat)

No comments:

Post a Comment