Saturday, January 27, 2018

PENGUSAHA MUDA (1)

Image result for KOTA SIBOLGA

                        Sibolga

INGIN JADI AGEN.
Kemiskinan orang tua tidak mampu membiayai kuliah Tumpak ke Medan. Terpaksa ikut bapak ibunya menderes getah karet ke hutan sekaligus meringankan beban orang tuanya memikul beban karet . Berat juga bekerja menderes karet hanya cukup untuk makan.
Sedang agen pedagang karet hidupnya cukup enak tanpa harus bangun pagi pagi berangkat ke kebun. Ada 2 orang agen yang selalu datang ke kampung itu. Satu bpknya Longga satu kampung di Simaninggir. Yang satu lagi bpknya Monang dari kota Sibolga.
Agen itu tidak selalu bayar cash, bisa 2 - 3 hari setelah karetnya dijual ke toke di kota Sibolga. Kadang Tumpak harus ke rumah toke untuk menerima hasil penjualan karetnya. Bpknya sering tidak ada, terpaksa menunggu ditemani 2 orang putri agen itu, Longga dan Jojor masing masing kelas 2 dan 1 SMA.
Seperti kebudayaan daerah, Tumpak pintar main gitar mengiringi kedua putri agen itu menyanyi.

Image result for menyadap karet
Image result for PACARAN NAIK MOTORMenyadap karet
Setelah 3 bulan capek ikut menderes getah karet, Tumpak bicara dengan bapak ibunya. "Pak saya saja yg beli karet family dan tetangga kita untuk dijual ke toke". "Dari mana uangnya nak ?".
"Kan bisa saya bayar cepat hari itu setelah pulang dari Sibolga".
"Yah kita runding saja dulu dng paman, bpk tua, namboru".
"Ya pak runding saja dulu".
"Tapi dikit dikit saja dulu ya, yang penting kau harus bayar sore atau malam itu juga, kalau agen lain kan bisa 2 - 3 hari baru dibayar".
Hari pekan berikutnya mulailah membeli karet hasil sadapan keluarga dekat dan tetangga.

PENGUSAHA MUDA (2)

KEUNTUNGAN PERTAMA.
Menjelang subuh Tumpak dan bapaknya lari lari kecil ke kebun karetnya. Berlari dari pohon satu ke pohon lainnya di kiri kanan dan di bagian atas. Membungkuk membeesihkan tempurung penampungan cairan getah. Keringat dipagi hari seperti olah raga lari pagi. 
Menjelang siang ritual berlari mengumpulkan cairan getah, membungkuk menuangkannya ke kaleng besar.
Terbayang teman temannya yang belum bangun dan siap berangkat kuliah.
Sejak dia ikut menoreh getah, ibu dan kakaknya menjaga kios kecil disebelah rumah.
Khusus hari pasar, hari Senin Tumpak membeli karet. Yg dibeli baru sedikit 400 - 500 kg dari keluarga dekat dan tetangga. Menjelang siang dia menjualnya turun ke kota Sibolga ke toke Akiong.
Jumlahnya memang hanya sedikit tetapi nilainya cukup besar untuk seorg pemuda baru lulus SMA. Jika se kg berharga Rp 7.500 - Rp 10.000 maka nilainya bisa Rp 3 - Rp 5 juta. Keuntungannya juga kecil hanya Rp 250 per kg. Tapi keuntungan itu cukup membuat jiwa dagangnya membuncah karena bisa untung Rp 500.000 - Rp 1 juta se bulan. Lumayan menambah penghasilan dari karet kebonnya. Jika karet tsb ditahan seminggu dan harga naik, keuntungan bisa tambah besar.
Sore harinya Tumpak membayar hutangnya kpd family dan tetangganya.
Seperti biasa malam minggunya Tumpak mampir ke rumah Longga. Dia ditanya:"Hari Senin kok tidak jual getah Tumpak ?".
"Maaf paman saya jual langsung ke Akiong bersama getah beberapa family dan tetangga".
"Sudah pintar kau sekarang ya, bikin teh dulu Longga".
"Ya pak".
"Jojor mana?"
"Kok Jojor yang dicari?"
"He he he biasanya dengar suaranya nyany atau ketawa".
"Dia nginap dirumah namboru, kakak bapaknya di Sibolga".
Bpk Longga melihat gejala Tumpak dekat dng Jojor. Lebih baik jika Longga yg dekat Tumpak karena dia anak sulung. Bpk Longga senang melihat sifat sifat Tumpak. Jojor sengaja disuruh bawa durian ke rumah kakaknya.
Kalau ibunya belum memikirkan putrinya pacaran karena ingin mereka kuliah dulu. Jangan dikampung terus. Kalau kuliah nanti bisa dapat jodoh orang kuliahan juga, sarjana. Kalau nikah dng orang kampung kembali lagi kerja ke kebun karet.
Related image
Sudah biasa di malam minggu Tumpak ngajak Longga nonton ke kota melalui jalan menurun berkelok kelok 10 km jauh memandang ke laut nan biru. Karena disebelah kanan jurang menganga, Longga memeluk pinggang Tumpak erat erat. Sebenarnya hubungan mereka berdua hanya sebatas teman karena keluarga Tumpak tergolong miskin. Saat itu mereka naik sepeda motornya Longga karena Tumpak tidak punya motor.
Dalam hati Tumpak lebih senang sama adiknya, Jojor karena kalau menyanyi matanya ikut tertawa.
Karena itu di hari Jumat berikutnya Tumpak sms Jojor ngajak jalan jalan ke pantai Pandan. Dng sepeda motornya Jojor mereka pergi berdua. Mereka kejar kejaran dipasir putih. Entah kenapa Jojor jatuh dan bajunya basah. Terpaksa Tumpak buka baju untuk dipakai Jojor sambil bajunya kering. Disitulah mereka duduk sambil bernyanyi nyanyi. Karena umur Jojor masih muda Tumpak belum pernah bilang sesuatu, takut sekolahnya terganggu.
Sebelum naik kembali pulang ke kampung, mereka mampir ke rumah namboru, kakak bapaknya. Namborunya titip ikan panggang untuk dibawa pulang dan bertanya :"Itu memang pacarmu?"


- Bersambung -

No comments:

Post a Comment